Senin, 09 Februari 2015

" JUST SHARING "

Just Do It, The Time Will Never Perfect

Saya suka sekali dengan kalimat ini. Bukan cuma saya, bahkan perusahaan Nike pun menjadikannya slogan. "Just do it, the time will never perfect." Kurang lebih artinya: "Sudah, lakukan  saja, hasilnya kita lihat belakangan."

Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan gambar kambing di atasnya.

Kalimat ini sebenarnya mengajarkan kita untuk nekat. Ya, terkadang kita memang perlu nekat dalam melakukan sebuah rencana. Kalau tidak nekat, rencana kita tak kunjung terlaksana, janji hanya tinggal janji.

Maksud saya bukan nekat dalam arti melakukan sesuatu secara gegabah, tapi memunculkan tekat untuk merealisasikan rencana, dan menyempatkan waktu dan tenaga untuk itu tanpa banyak berpikir ini itu. (Sekali lagi saya menggunakan frase 'menyempatkan diri')

Semua orang pasti memiliki rencana. Namun kita sering menunda-nunda untuk melakukannya.

"Kapan-kapan saja ah, nunggu ada waktu luang."

Tapi kapan kita punya waktu luang? Jika kita hanya menunggu waktu luang untuk melakukan rencana, entah kapan saat tersebut datang. Sebab ketika ada waktu, kita sering terlena untuk melakukan hal lain yang sebenarnya kurang penting. 

(Termasuk ketika akan mengerjakan tugas kuliah, bila terus ditunda maka selamanya kita akan menjadi seorang mahasiswa deadliner).

Hal lain yang membuat rencana kita tidak kunjung terlaksana adalah, kita terlalu sibuk memikirkan kendala kendala yang mungkin akan terjadi kemudian. Padahal halangan-halangan tersebut belum tentu akan terjadi, atau mungkin tidak sesulit yang kita bayangkan.

Just do it! The time will never perfect. Lakukan saja sekarang, pasti nanti ada hasil, entah itu berupa keberhasilan atau pun kegagalan. 

Manusia berusaha, Tuhan yang menentukan.

Salam.

Cara Praktis Cek Batuk Akik Asli atau Aspal

BATU akik yang lagi ngetren saat ini, menjadi buruan bagaikan barang langka dan sangat mahal harganya. Namun demikian harap cermat dan hati-hati. Jangan sampai terlanjur merogoh jutaan rupiah, tak tahunya barang palsu. Berikut rahasia mengenali keaslian batu akik Aspal (Asli tau palsu) :
1. Berat: Permata atau batu akik asli lebih berat dibandingkan dengan yang palsu. Jika dipegang akan terasa lebih padat.
2.  Suhu: Secara alami sebuah batu asli lebih dingin dengan kaca/sintetis. Cara tes bisa dilakukan dengan menempelkan pada bagian kulit yang sensitif di bagian tubuh kita seperti pipi, leher, atau pada bagian lipatan siku lengan.
3. Memanaskan: Membakar pada bagian batu. Jika batu itu terlihat gosong dan meninggalkan bekas yang susah terhapus dapat dipastikan batu itu palsu. Batu asli jika dibakar akan tampak basah, seperti berminyak tapi setelah dihapus akan hilang seketika. Begitu juga, setelah dipanaskan batu asli biasanya cepat dingin, sedangkan yang palsu panasnya bertahan lebih lama.
4. Membenturkan: Jika Anda memiliki dua batu yang diyakini sama-sama batu asli, jika dibenturkan satu sama lain biasanya keluar percikan api. Cara mengetesnya bisa dilakukan di tempat gelap untuk memastikan ada percikan.
5. Meneteskan air: Batu asli jika diteteskan air pada bagian permukaannya yang licin tidak akan pecah (bukan metode baku).
6. Serat: Batu asli alam secara umum memiliki serat alami. Permata sintetis atau yang terbuat dari kaca terlihat bening. Meskipun dalam batu sintetis terdapat serat biasanya terlihat tidak alami, seperti ada semacam gelembung yang disebabkan saat proses pembuatan terdapat udara yang terperangkap di dalamnya.
Semoga bermanfaat.|

Kamis, 03 Oktober 2013

UANG ( DUIT ) Bukan TUAN ATAU TUHAN MENYIKAPI MARAKNYA KORUPSI di NEGERI NKRI

BBM Broadcst Namaku : UANG ( DUIT )

Namaku : UANG ( DUIT )
(Rugi jika tidak baca, dan jangan lupa share)

Wajahku biasa saja, fisikku juga lemah, namun aku mampu merombak tatanan dunia.
Aku juga "bisa" merubah Perilaku, bahkan sifat Manusia' karena manusia mengidolakan aku.
Banyak orang merubah kepribadiannya,­­­­ mengkhianati teman, menjual tubuh, bahkan meninggalkan keyakinan imannya, demi aku!

Aku tdk mengerti perbedaan orang saleh & bejat, tapi manusia memakai aku menjadi patokan derajat, menentukan kaya miskin & terhormat atau terhina.

Aku bukan iblis, tapi sering orang melakukan kekejian demi aku.

Aku juga bukan org ketiga, tapi banyak suami istri pisah gara2 aku.
Anak dan orangtua berselisih gara2 aku.

Sangat jelas juga aku bukan Tuhan, tapi manusia menyembah aku spt Tuhan, bahkan kerap kali hamba2 Tuhan lebih menghormati aku, padahal Tuhan sudah pesan jgn jadi hamba uang..

Seharusnya aku melayani manusia, tapi kenapa malah manusia mau jadi budakku?

Aku tdk pernah mengorbankan diriku untuk siapa pun, tapi banyak orang rela mati demi aku.

Perlu aku ingatkan, aku hanya bisa menjadi alat bayar resep obat anda, tapi tdk mampu memperpanjang hidup anda.

Kalau suatu hari anda dipanggil Tuhan, aku tdk akan bisa menemani anda, apalagi menjadi penebus dosa2 anda, anda harus menghadap sendiri kpd sang Pencipta lalu menerima penghakimanNYA.

Saat itu, Tuhan pasti akan hitung2an dgn anda, APAKAH SELAMA HIDUP ANDA MENGGUNAKAN aku dgn baik, atau sebaliknya MENJADIKAN aku sebagai TUHAN?

Ini informasi terakhirku:
Aku TIDAK ADA DI SURGA,
Jadi jangan cari aku disana.
Aku bisa menjadi jembatan syurga mu,bila engkau memakai ku dengan jalan yang benar
Salam sayang,

Ttd

U A N G

# COPAS  : BBM BCby @Suharto_BC

Senin, 09 September 2013

Si Doel Anak Betawi Asli ( Sinetron ) vs Si Dul Anaknya Musisi A Dhani anak Pondok Indah Kenyataan # Ambil Hikmahnya

Anak Polah, Bapa Kepradah

Belum juga reda pemberitaan tentang artis Zaskia Gotik dan Vicky Prasetyo, hari ini kembali kita dikejutkan dengan berita heboh seputar selebritis, yakni kasus si Dul atau Abdul Kadir Jaelani, putra bungsu musisi Ahmad Dhani yang ketahuan mengendarai mobil dan akhirnya menabrak kendaraan lain hingga mengakibatkan 6 orang tewas dan 11 orang lainnya luka-luka. Lebih parahnya lagi ternyata si Dul ini masih berusia 13 tahun dan belum memiliki SIM pula. Kalau ada seorang anak umur 13 tahun, mengendarai mobil di jalan tol, tanpa SIM dan mengakibatkan 5 orang kehilangan nyawa pula, siapa yang pantas untuk dipersalahkan? Si Dulkah atau malah Ahmad Dhani sebagai orang tuanya?
Si Dul memang pelaku dari kejadian tabrakan maut tersebut. Menurut keterangan ayahnya sendiri saat diwawancarai media, si Dul anaknyalah yang memang mengemudikan kendaraan jenis sedan itu bersama seorang temannya. Katanya saat itu si Dul baru saja mengantar pacarnya pulang ke rumah. Kejadian kecelakaan sendiri berlangsung sekitar pukul 00.45 wib, malam Minggu pula, malam di mana banyak anak muda dan juga remaja melewatkan malam panjangnya di luar rumah.
Kalau kita perhatikan kejadian ini, sebenarnya kasus ini merupakan rentetan dari kejadian-kejadian yang menimpa keluarga Ahmad Dhani. Dan si Dul tak hanya pelaku, tapi juga “korban” dari serentetan peristiwa itu. Mulai dari saat Ahmad Dhani bercerai dengan Maia Estianti, semenjak itu pula anak-anak mereka telah menjadi “korban” dari keegoisan orang tuanya. Di saat orang tua bercerai, tidak bisa dipungkiri anak akan menjadi korbannya. Akibat dari perceraian itu pula, orang tua seringkali terlalu egois untuk secara sepihak “memaksa” anak-anak untuk mengikuti salah satu di antara mereka. Mau ikut ayah atau mau ikut ibunya. Pada kasus Ahmad Dhani ini, ketiga anak mereka kebetulan dididik oleh sang ayah, meskipun hak asuh anak sebenarnya jatuh ke tangan ibunya. Sebagai ayah, Ahmad Dhani juga terlihat begitu loyal terhadap ketiga anaknya. Semua anaknya diberi fasilitas dan materi yang melimpah. Kasarnya mau ini itu dituruti. Termasuk saat anak-anaknya ulang tahun. Menurut kabar, mobil sedan yang dikendarai Dul saat itu juga merupakan hadiah ulang tahun yang ke-13 dari Ahmad Dhani untuk anak bungsunya itu. Entah itu sebagai pembuktian bahwa ayahnya begitu menyayangi anak-anaknya atau sekedar kamuflase dari ketidakmampuan Ahmad Dhani dalam mendidik anak.
Sebagai orang tua, Ahmad Dhani hendaknya bijaksana dalam memberikan segala fasilitas untuk anak-anaknya. Sayang tidak harus dibuktikan dengan aneka fasilitas dan materi. Menghadiahi mobil pada anak memang boleh-boleh saja, tetapi jika yang dihadiahi itu masih anak-anak yang tentunya juga belum boleh mengendarai sendiri mobilnya, pasti itu bukan tindakan bijak, meskipun anak itu sudah bisa menyetir sekalipun. Tapi secara kejiwaan dan emosi, anak-anak seringkali emosinya belum labil. Akibatnya ketika mengendarai kendaraan, baru ada yang mengklakson saja sudah bisa membuat gugup atau kaget. Masih mending saat gugup ia tidak salah injak antara gas, rem dan kopling. Kalau terbalik-balik apa tidak jadi masalah.
Selain itu, melihat usia Dul yang masih belia, baru 13 tahun dan katanya saat itu tengah mengantar pacarnya, saya juga tak habis pikir. Anak yang katakanlah baru lulus SD itu sudah diijinkan pacaran dan pacarannya pun sampai lewat tengah malam. Bagaimana ini sampai terjadi? Apakah Ahmad Dhani tidak mengkhawatirkan anaknya seandainya anaknya itu sampai salah pergaulan. Anak yang seharusnya masih memikirkan pelajaran sekolah sudah harus berkutat dengan persoalan asmara.
Saya kebetulam juga punya anak laki-laki seumuran Dul. Terus terang anak saya ini juga sudah mulai tertarik dengan lawan jenis. Hanya saja anak saya belum bisa mengendarai kendaraan, baik itu motor atau mobil. Jangankan mengendaarai motor, naik sepeda saja anak saya itu tak bisa. Itulah bedanya anak saya dengan anaknya Ahmad Dhani. Dan kebetulan anak saya itu lumayan “open” sama saya, sehingga setiap hal yang perlu ia ceritakan kepada ibunya akan ia ceritakan, termasuk ketertarikannya terhadap lawan jenis. Kalaupun ia tidak cerita, saya pun tak segan-segan untuk mengecek hapenya, entah untuk mengetahui siapa saja yang menghubunginya pada hari itu atau mengetahui dari siapa saja pesan yang masuk ke nomer hapenya. Itu adalah cara saya mengontrol anak saya sehari-hari. Alhamdulillah anak saya itu baru dalam tahap tertarik, belum sampai tahap pacaran.
Di usia segitu memang wajar seorang anak mulai tertarik terhadap lawan jenis. Namanya juga masih dalam masa pubertas. Masa transisi dari anak-anak ke remaja. Tapi kalau sampai membiarkannya berpacaran, itu yang perlu kita cegah. Biarlah mereka berteman, tetapi tidak untuk berpacaran. Usia mereka pun masih tergolong labil, belum bisa membedakan mana yang salah mana benar, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Kalau sampai kita lengah mengawasi anak-anak seusia ini, maka cepat atau lambat kejadian seperti yang menimpa Dul itu akan terus berulang. Kalau sudah begitu, siapa yang pantas untuk dipersalahkan? Ahmad Dhani dalam kasus ini juga pantas untuk dipersalahkan. Bagaimana pun ia telah dianggap lengah dalam mengawasi anaknya. Kalau saja akhirnya Dul nanti terpaksa harus menjalani persidangan, Ahmad Dhani pun sepantasnya juga dapat dituntut dipersidangan. Sesuai pepatah Jawa “Anak polah bapa kepradah”. Apa-apa yang dilakukan oleh seorang anak, imbasnya pasti orang tua juga yang akan menanggung. Begitu pun dengan apa yang dilakukan Dul, imbasnya pasti Dhani pulalah yang ikut bertanggung jawab.
Salam Ngeblog….
By :

Edi Kusumawati